Jarak itu kejam.
Jarak itu jahat.
Jarak telah memisahkan banyak hal dalam hidup kita.
Mungkin itu yang sering kita pikirkan, bahwa jarak
lah yang bertanggung jawab atas hancurnya berbagai hubungan.
Namun bukan, bukan jarak yang menghancurkan semuanya.
Tapi perasaan kita sendiri lah yang menghancurkan semuanya.
Malam
ini seharusnya menjadi malam yang aku nantikan, karena malam ini adalah malam
terakhir aku akan bertemu dengannya. Besok Ia harus sudah kembali ke Malang,
untuk melanjutkan kuliahnya. Namun selama perjalanan menuju Cafe tujuan kami
berdua aku tidak dapat memungkiri bahwa aku juga sangat sedih, aku harus
kembali rela melepaskan Ia pergi.
Kalian boleh bilang
bahwa diriku berlebihan, namun sungguh ini sulit. Terutama karena kami selalu
bersama selama empat tahun, kita tidak pernah sekalipun berpisah jauh selama
empah tahun itu. Dan selama empat tahun itu aku selalu bergantung apapun
kepadanya, jadi bisa dibayangkan bagaimana sulitnya aku setahun ini untuk
terbiasa. Lalu tanpa sadar ternyata kami sudah sampai di Cafe, didalam mobil
kita berdua hanya sama-sama diam mungkin karena kami berdua cukup sedih untuk
saling berbicara.
“Kamu mau pesan apa?” Tanyanya kepadaku, karena aku
yang diam saja ditanya oleh pramusaji yang ada.
“Yang biasa aja, milkshake strawberry” Jawabku
seadanya.
“Kita pesan milkshake
strawberry satu sama milkshake
vanilla satu ya mba” Ucapnya ke pramusaji tersebut.
“Oke, ditunggu pesanannya ya” Pramusaji itu pun
pergi meninggalkan kita berdua. Meninggalkan kami dalam keheningan yang cukup
lama.
Lalu
kami berdua kembali kedalam pikiran kami masing-masing sampai Ia memecahkan
keheningan dengan mulai bertanya-tanya.
“Ada yang ingin kamu omongin? Lebih baik kita
omongin sekarang sebelum aku balik ke Malang” Tanyanya dengan gemetar.
“Aku ga bisa hubungan jarak jauh kayak gini. Aku
belum terbiasa harus lakuin apapun sendiri padahal dulu biasanya selalu kita
lakuin berdua, belum lagi kita yang selalu bertengkar gara-gara hal kecil.
Rasanya beda saat kita bertengkar ditelfon dengan langsung, dulu kalo kita
bertengkar kita langsung ketemu dan semuanya selesai tapi sekarang ditelfon
malah buat semuanya tambah parah” Ucapku sambil terengah-engah karena menahan
tangis daritadi.
Ia terdiam mendengar
ucapanku, aku tau aku salah sudah berkata seperti itu namun sungguh aku sudah
berusaha untuk menahannya. Ia pasti mengira aku ingin menyudahi semua ini,
walaupun aku sebenarnya takut jika Ia benar-benar akan meninggalkanku. Namun Ia
malah tersenyum kepadaku.
“Hei lihat aku sekarang” Ucapnya sambil memegang
daguku agar aku melihatnya.
“Aku tau ini ga gampang, ini juga susah buat aku
tapi anggap aja kita lagi pindah ke kossan sekarang. Anggap aja kalo kita
sedang beres-beres dikossan baru kita, kita masih menyesuaikan harus menaruh
barang dimana. Kita ga bisa naruh barang sama persis kayak kita naruh barang di
rumah lama kita karena kossan kita yang sekarang lebih kecil, jadi
barang-barang yang dulu biasa kita pakai mungkin harus ada beberapa yang kita
simpan dulu sampai kita balik ke rumah lama kita. Jadi wajar kita sering
bertengkar akhir-akhir ini karena pendapat aku sama kamu tentang barang-barang
yang mana harus disimpan ada yang berbeda” Ucapannya membuatku terdiam cukup
lama.
“Tapi sampai kapan kita terus membereskan semuanya?”
Tanyaku.
“Sebentar lagi, karena kita sudah hampir selesai.
Emang kamu mau berhenti beresin barang-barang ini saat kita sudah hampir
selesai?”
“Engga, aku gamau” Jawabku sambil menggelengkan
kepala.
“Sabar ya sebentar lagi bakal selesai semuanya, kita
akan mulai terbiasa sama kossan kita sekarang. Dan aku janji kita akan
secepatnya balik lagi ke rumah lama kita kayak dulu” Ucapnya sambil memegangi
tanganku dengan lembut.
“Tunggu aku pulang ya” Pintanya kepadaku.
“Aku bakal selalu nunggu kamu pulang”.
“Aku akan selalu pulang ke kamu, karena cuma kamu
rumah yang aku tuju” Ucapnya sambil tersenyum, dan aku pun ikut tersenyum
karena merasa sudah tidak khawatir dengan semuanya.
Mungkin
benar jarak itu kejam, Namun jarak tidak begitu kejam jika kita saling mengerti
satu sama lain, saling berpegangan erat walau jarak memisahkan sejauh apapun.
#sabtulis
bagus banget tulisannya,terharu loh :')
BalasHapussemangat terus nulisnya, aku tunggu hasil karya kamu yang lain