
Pagi hari di bulan Januari, udara pagi masuk kedalam
kamarku melalu jendela yang lupa ku tutup semalam. Hari ini mungkin menjadi
hari yang paling membahagiakan sekaligus menyedihkan bagiku, bagaimana tidak?
Putri kecilku yang selama ini ku sayang akan segera menikah dengan pangeran
pilihannya. Dia akan memulai hidup barunya tanpa diriku, ibunya yang selalu
bersedia melakukan apapun untuknya Waktu memang selalu bergerak dengan cepat tanpa
kita sadari, putri kecilku yang 26 tahun lalu aku lahirkan tidak terasa
sekarang menjelma menjadi wanita kuat yang mandiri. Kenangan tentang suara
tangis yang pertama ku dengar darinya masih terngiang jelas di telingaku,
sampai tidak terasa air mataku jatuh mengingat kejadian itu.
Jakarta, 17 Februari
1992. Suara tangis bayi perempuan
menggema dengan keras di malam hari yang sunyi di Rumah Sakit Pelita Harapan,
suara tangis itu berasal dari bayi kecilku yang baru saja ku lahirkan. Sakitnya
melahirkan terbayar dengan lunas saat mendengar tangisannya, sungguh tidak ada
yang lebih membahagiakan lagi selain itu. Perawat yang membantuku melahirkan
langsung memberikan bayiku yang sudah dibersihkan. Bayi kecilku merupakan bayi
tercantik diseluruh dunia menurutku, aku yakin setiap ibu juga pasti menganggap
anaknya adalah bayi yang tercantik yang pernah ada. Dia memliki mata yang
bulat, hidung yang mancung seperti ayahnya, dan bibir yang mungil seperti
milikku, aku dan suamiku terus memandangi bayi kami dengan senyum tanpa henti.
Waktu
terus bergulir tanpa henti kini anakku sudah tumbuh menjadi wanita yang mandiri
dan dewasa. Aku masih mengingat betapa senangnya aku saat Ia mulai bisa
merangkak lalu kemudia Ia mulai beajar berjalan. Aku juga masih mengingat Ia
yang tidak mau tidur sendiri sampai lulus SD dan selalu mau aku temani. Saat
SMP saat Ia mengalami menstruasi yang pertama kali sampai saat SMA Ia mulai
tertarik dengan lawan jenis. Masa-masa itu merupakan masa yang tidak akan
pernah aku lupakan, masa-masa dimana Ia selalu membutuhkanku dan menganggap aku
lah satu-satunya tempat Ia bercerita dengan bebas. Aku sangat bersyukur masih
bisa menemani Ia sampai kini sudah berusia 26 tahun.
Kini
aku duduk didepan cermin yang sangat besar, dibelakangku seseorang sedang
membetulkan hiasan pada rambutku dan Ia pun tersenyum kepadaku saat hasil
karyanya sudah selesai. Aku tersenyum melihat hasil karya orang tersebut,
rambutku yang sudah dipenuhi uban tetap terlihat cantik berkatnya. Lalu aku pun
berjalan menuju ruangan dimana putriku sedang di makeup, betapa terkejutnya aku saat membuka pintu tersebut anakku
terlihat sangat cantik dengan gaun putih membalut badannya, wajahnya pun dihias
dengan natural tapi tetap cantik. Lalu Ia pun menoleh kepadaku.
“Ibu, bagaimana penampilanku?” Tanyanya dengan
senyum cerah.
“Kamu adalah pengantin tercantik yang pernah ibu
lihat” Jawabku sambil menangis.
Apa lagi yang bisa kukatakan? Putriku memang
terlihat sangat cantik dan aku tidak bisa menahan perasaan bahagia untuknya.
Putri kecilku yang selalu bermanja-manja kepadaku
kini terlihat dewasa dan menawan.
“Ibu jangan menangis, aku jadi ingin menangis”
Ucapnya sambil memelukku erat.
“Jadilah istri yang baik kepada suamimu, turuti
apapun yang Ia katakan. Ibu sayang sekali kepadamu”.
“Iya ibu, aku akan berusaha menjadi istri yang baik
seperti ibu. Aku juga sayang banget sama ibu” Ucapnya.
Setelah berbicara aku pun keluar dan bertemu dengan
sanak keluarga yang lain.
Saat
yang ditunggu-tunggu pun tiba, tepat pukul 9 pagi anakku dan calon suaminya
melaksanakan akad nikah di Masjid di daerah Jakarta Selatan. Aku tidak dapat
menutupi rasa haru saat mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri.
Putri kecilku yang selalu menangis jika tidak
dituruti keingininannya.
Putri kecilku yang selalu minta ditemani kemanapun.
Putri kecilku yang selalu berbagi rahasia apapun
kepadaku.
Kini sudah menajadi wanita sesungguhnya.
Kini sudah menjadi milik orang lain.
Putri kecilku, kini tersisa satu rahasia lagi yang
ingin ibu bagi denganmu.
Apapun yang terjadi kepadamu, ibu akan selalu ada
disampingmu.
Dan ibu akan selalu menyayangimu.
#sabtulis
0 komentar:
Posting Komentar