DOSEN : RAMITA HAPSARI
NAMA : FARHANAH APSARI YOLANDA
NPM : 12116659
KELAS : 1KA19
Lucky
Sudah dua jam aku
menunggunya disini. Dipojok kafe ini ditemani vanilla latte yang kini sudah
mendingin. Langit yang tadinya cerah kini mulai menghitam, mungkin akan turun
hujan.
Aku ingat enam bulan
yang lalu, saat terakhir kalinya dia mengajakku ketempat ini tempat yang selalu
menjadi tempat favorit kita berdua. Aku memesan vanilla latte dan dia memesan
cappuccino. Kita membicarakan banyak hal, tentang dirinya, diriku, dan yang
pasti tentang kita berdua. Bahkan mungkin kita membicarakan hal yang sudah
sering kita bicarakan, dan semuanya tetap tampak indah walaupun sudah
berkali-kali dibicarakan. Tidak pernah ada rasa bosan.
“Kamu sayang aku?” Dia
tiba-tiba bertanya.
“Iyalah, aku sayang
kamu”.
“Kenapa?”
“Karena saat sama kamu,
aku bisa jadi diri aku sendiri. Aku ga perlu malu saat di depan kamu. Aku jadi
punya temen yang bisa ngelakuin hal gila bareng. Dan yang terpenting, aku
ngerasa pulang ke rumah saat sama kamu”.
Dia tersenyum, matanya bersinar karena bahagia
mendengar jawaban dari diriku. Dan aku bahagia melihat dia bahagia karena
diriku.
Dan kini, aku disini di kafe favorite kita berdua
dengan minuman yang sama namun tanpa dirinya. Hanya ditemani foto polaroid yang
selalu aku bawa kemanapun. Yang mengingatkan diriku betapa beruntungnya aku
memiliki dirinya yang selalu ada untukku. Walaupun kini dia jauh.
Di foto itu dia tersenyum manis sambil memegang boneka
untukku. Boneka hadiah anniversary kita yang kedua. Dan di foto yang kedua ada
kita berdua yang menunjukkan wajah konyol. Aku yang memasang wajah cemberut dan
dia mencubit kedua pipi ku sambil
memeletkan lidah. Aku tersenyum melihatnya.
Aku tau ini tidak mudah untuk kita berdua, aku di
Jakarta dan dia di Malang. Namun apalah arti sebuah jarak jika seseorang sudah
sangat berarti untuk kita.
Begitu dia membuka pintu kafe, dirinya langsung
tersenyum kepadaku. Dan dia datang, seseorang yang sudah sangat ku rindukan.
Seseorang yang selalu bisa menjadi apa saja untuk diriku, kakak, sahabat,
pacar, bahkan seorang ayah. Saat dia duduk disampingku aku tidak dapat menahan
untuk tidak memeluknya, menghirup wangi khasnya sedalam yang aku bisa.
Memeluknya seperti aku tidak ingin melepasnya lagi.
“Miss me, huh?” Ucapnya
sambil mengelus rambutku.
“So much” Jawabku
memandang dirinya.
“Maaf ya aku telat,
pesawatnya ada delay tadi. Aku kira kamu bakal pulang karena aku kelamaan”.
“Dua jam nunggu kamu
terbayar karena bisa meluk kamu”.
“Kamu tau aku beruntung
punya kamu. Aku beruntung punya orang yang selalu ada nunggu aku pulang. Aku
beruntung punya kamu sebagai rumahku, rumahku untuk kembali” Dia tersenyum. Dan
aku pun ikut tersenyum.
Lucky
is to have someone who says, “I’m lucky to have you”.
0 komentar:
Posting Komentar