SEBUAH PINTU
Mungkin kalian pernah memilih buku hanya berdasarkan covernya saja, tanpa melihat atau mencari tau tentang isi buku tersebut.
Mungkin juga kalian
pernah hanya memilih makanan berdasarkan bentuk penyajiannya tanpa menyicipi
rasa dari makanan tersebut.
Atau yang lebih parahnya
lagi kita biasa memilih teman hanya berdasarkan penampilan luar orang tersebut,
kita biasa lebih memilih orang yang berpenampilan baik-baik dan tidak ingin
berurusan dengan orang yang berpenampilan kurang baik. Kita bahkan tidak mau
repot-repot untuk dekat dengan orang yang berpenampilan kurang menarik.
Namun, baikkah semua
itu?
Pagi ini aku terbangun dari kamarku dengan perasaan sangat
bahagia, karena ini merupakan hari pertamaku merasakan tinggal dirumahku
sendiri. Sudah lama aku ingin merasakan tinggal sendirian, mencoba memulai
untuk kehidupan baru, menjadi pribadi yang baru. Komplek perumahan yang
kutempati merupakan komplek perumahan baru, jadi wajar jika masih sangat
sedikit penghuni diperumahan ini. Karena masih sedikit penghuni disini aku
memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi berjalan-jalan pagi
disekitar komplek dirumah baruku, karena aku termasuk orang yang tidak terlalu
suka dengan keadaan yang terlalu ramai.
Saat aku sedang berjalan-jalan disekitar komplek rumahku,
aku menemukan sebuah jalan setapak yang menarik perhatianku. Jalan setapak itu dikelilingi
dengan rerumputan dan pohon-pohon besar jadi sangat mungkin orang tidak akan
sadar dengan jalan setapak tersebut. Saat aku memasuki jalan tersebut aku
melihat banyak sekali rumah berwarna putih dengan pintu yang memiliki warna
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Aku melihat sekeliling dan sangat penasaran dengan sebuah
pintu putih yang terlihat sangat bersih dan elegan. Aku pun membuka pintu
tersebut karena pensaran, didalam rumah tersebut sangat berbeda jauh dengan apa
yang ada di luar pintu. Didalam rumah tersebut diberi warna abu-abu gelap dan
dikelilingi dengan sampah, perabotan disana pun sangat berantakan.
Lalu seorang perempuan dengan
senyum angkuh bertanya kepadaku, “Apa yang kau lakukan disini?”.
“Aku hanya penasaran,
rumahmu terlihat indah dari luar” Ucapku takut.
“Lalu didalamnya juga
indah bukan ?” Tanyanya mendesak.
“Tidak seindah yang
kubayangkan, kupikir aku akan melihat sebuah rumah yang indah dan menawan bukan
seperti ini”.
“Kau sama saja dengan
yang lain, tidak bisa menerima rumahku dengan baik. Mereka terlalu banyak
berharap dariku, mereka pikir rumahku sangat menawan dan ketika mereka melihat
sendiri dan tidak sesuai harapan mereka meninggalkanku dan membuatku semakin
membenci semuanya” Ucapnya dengan sedih. Aku melihat banyak kekecewaan yang
tersimpan disana.
“Tapi aku tidak
bermaksud ...”.
“Sudahlah lupakan saja,
lebih baik kau keluar dari rumahku” Ucapnya sambil berusaha mengeluarkanku dari
rumahnya.
Aku keluar dari rumah tersebut dengan perasaan sedih, aku
sama sekali tidak bermaksud untuk menyakitinya dan aku masih ingin tahu kenapa
Ia seperti itu. Tapi sepertinya aku cukup mengerti alasannya, aku pun melanjutkan
berjalan-jalan lagi. Lalu aku melihat sebuah pintu yang sangat mencolok, dengan
background hitam dan dihias dengan
berbagai lukisan yang terlihat menyeramkan. Walaupun terlihat menyeramkan namun
aku memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Isi didalam rumah itu sangat
berbeda sekali dengan pintu yang terlihat diluar, aku membayangkan akan melihat
isi rumah yang berantakan dan sangat menyeramkan namun didalamnya hanya rumah
putih dengan perabotan yang disusun sangat rapih. Lalu muncul seorang pria
berumur 30 tahunan, dia tersenyum ramah sekali kepadaku.
“Silahkan masuk ke
dalam, maaf jika rumahku tidak seindah rumah yang lain” Ucap pria tersebut
sambil tersenyum ramah.
“Terima kasih, rumahmu
terlihat nyaman sekali” Jawabku sambil masuk ke dalam rumahnya.
“Rumahmu terlihat sangat
berbeda dengan apa yang ku pikirkan sebelumnya, dari depan rumahmu tampak
menyeramkan tapi didalamnya nyaman sekali bahkan tidak ada rasa menyeramkan
sama sekali” Ucapku jujur.
“Aku memang suka sekali
dengan seni, menurutku seni apapun terlihat sangat menarik. Namun orang-orang kadang
menganggap diriku bukan orang yang baik karena semua itu. Kadang orang-orang
hanya mempercayai apa yang mereka lihat tanpa mencoba mencari tau dulu apa yang
sebenarnya” Pria itu menjawab sembari menuangkan teh hangat untukku, aku pun
meminum teh hangat tersebut dengan sangat senang.
“Lalu kenapa kau tidak
merubah pintumu? Jika kau merubahnya pasti akan banyak sekali yang datang untuk
berkunjung ke rumahmu” Tanyaku.
“Untuk apa kita berubah
untuk sesuatu yang kita senangi? Selama kita tidak merugikan siapapun kupikir
semuanya baik-baik saja. Lagi pula aku juga ingin tau siapa saja yang
benar-benar ingin menjadi temanku dengan apa adanya diriku” Jawabnya penuh
sabar.
Aku senang sekali berkenalan dengan pria tersebut, Ia
merupakan pria yang sangat ramah. Saat aku ingin pulang pun Ia memberikan aku
sekantong penuh cookies cokelat, yang aku terima dengan senang hati. Namun saat
aku keluar pintu, aku terpleset kulit pisang, dan tiba-tiba saja aku terbangun dari
tidurku.
Ternyata semua hal yang terjadi tadi hanya mimpiku saja,
namun mimpi itu merupakan mimpi terindah yang pernah muncul.
Dari sana aku belajar
untuk tidak lagi melihat orang berdasarkan penampilannya saja.
Juga tidak akan terlalu
berharap pada seseorang, tidak akan menghakimi kepribadian apa yang Ia miliki
sehingga Ia bahagia menjadi diri mereka sendiri.
Aku akan berusaha
menjadi teman yang lebih menerima apa adanya, karena mereka berhak
berpenampilan seperti apapun, mereka berhak menjadi siapapun.
Karena tidak ada seorang
pun yang tau apa yang ada didalam diri setiap orang lain, tidak ada yang tau
apa yang telah mereka lewati hingga menjadi seperti itu. Dan kita hanya bisa
menerima mereka apa adanya seperti mereka menerima kita apa adanya.
#sabtulis
0 komentar:
Posting Komentar